ILMU TAFSIR ( Makalah ) AYAT AYAT KETUHANAN DAN KANDUNGANNYA
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah sebuah agama yang diturunkan Allah kepada makhluk-Nya melalui Rasulallah SAW sebagai agama terakhir, sekaligus sebagai satu-satunya agama yang benar. Sebagai agama yang benar dan terakhir, maka Allah membekali makhluk-Nya dengan Al-Qur’an, yang mana dalam hal ini, Al-Qur’an haruslah mampu menjawab segala sesuatu persoalan yang timbul.
Ilmu Tafsir |
Dengan dasar ini, banyak persoalan yang muncul tentang Allah itu sendiri, akan tetapi banyak yang hanya mampu menjawab secara rasio, bukan memakai Al-Qur’an. Kalaupun ada yang memakai Al-Qur’an, sering sekali tafsir dari ayat tersebut terlupakan. Tafsir sangat diperlukan di dalam memaknai ayat Al-Qur’an karena memandang ada yang masih sangat kontroversi (sulit difahami) seperti ayat-ayat musyâbihât. Maka dari itu, demi memahami ayat-ayat yang ada kaitannya dengan Allah, perlulah dibahas pentafsiran ayat-ayat tersebut berdasarkan pendapat dan riwayat dari para sahabat maupun tabiin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Tafsir ayat-ayat ketuhanan (Ayat 22-24)
2. Isi kandungan ayat (22-24)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir ayat-ayat ketuhanan (Ayat 22-24)
Artinya:
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”( Q.S Al-Hasyr: 22-24).
Menurut H.M Quraish Shihab, di dalam Al-Qur’an, kata Allah terulang sebanyak 2698 kali. Dan mengetahui-Nya dengan penuh kenyakinan termasuk salah satu yang wajib dilakukan oleh setiap manusia.
Menurut keterangan yang diberikan Sayyid Quthb, surat ini turun berkenaan dengan peristiwa Nabi Muhammad SAW dengan sekelompok Bani Nadlir yang terjadi pada awal tahun ke-empat hijriah setelah perang uhud dan sebelum perang Ahzab.
Makna ayat ke 22
Ayat ini menjelaskan bahwa Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah, dan setiap orang yang menyembah selain Dia seperti tumbuh-tumbuhan, batu, berhala, atau raja adalah batal. Allah Maha mengetahui segala sesuatu yang tampak di jagat raya baik yang tampak maupun tidak tampak, serta tidak ada satu yang di langit dan di bumi ini yang lepas dari pengetahuan Tuhan. Allah memiliki Rahmat yang amat luas yang menjangkau seluruh Ciptaan-Nya. Allah Maha Pengasih di dunia dan akhirat serta pada keduanya.
Ayat ini menunjuk-Nya dengan kata “Dia” yakni Dia yang menurunkan Al-Qur'an dan yang disebut-sebut pada ayat-ayat yang lalu Dia, Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah, serta tiada Pencipta dan Pengendali alam raya selain Dia, Dia Maha Mengetahui yang ghaib baik yang nisbiy/relatif maupun yang mutlak dan yang nyata, Dia-lah ar-Rahman Pencurah rahmat yang bersifat sementara untuk seluruh makhluk dalam pentas kehidupan dunia ini lagi ar-Rahim pencurah rahmat yang abadi bagi orang-orang beriman di akhirat nanti.
Kata (Huwa) yang mendahului Ar-Rahman Ar-Rahim berfungsi mengkhususkan kedua sifat itu dalam pengertiannya yang sempurna hanya untuk Allah SWT. Kata (Huwa) sepintas tidak diperlukan lagi karena telah menunjuk kepada Allah. Tetapi ini agaknya untuk menggambarkan semua sifat-sifat-Nya.sebelum menyebut sifat-sifat tertentu, karena kata Allah menunjukkan kepada Dzat yang wajib wujud-Nya itu dengan sifat-Nya, baik sifat Dzat maupun sifat fi’il.
Makna ayat ke 23
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah adalah Satu-satunya Penguasa terhadap apapun juga. Dia-lah yang menggerakkan segala sesuatu tanpa ada yang mampu menghalangi dan menolaknya. Dia terhindar dari segala sesuatu yang tercela dan hal-hal yang menunjukkan kekurangan, yang mengamankan makhlukNya dari sesuatu yang mendzaliminya dan Dia pula yang mengintainya. Dia pula yang memuliakan terhadap sesuatu yang dinilai rendah, yang mampu mengalahkan sesuatu melalui keagungan dan daya paksaNya.
Kata (Al-Malik) terdiri dari huruf (mim) dan (lam) dan (kaf) yang rangkaiannya mengandung makna kekuatan dan keshahihan. Ia pada mulanya berarti ikatan dan penguatan.kata ini berulang terulang didalam al-Quran sebanyak 5 kali.
Al-Malik mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan keshahihannya. Malik biasa diterjemahkan raja adalah yang menguasai dan menangani perintah dan larangan, anugerah, dan pencabutan dan karena itu biasanya kerajaan terarah kepada manusia dan tidak kepada barang yang bersifat tidak dapat menerima perintah dan larangan.
Makna ayat ke 24
Al-Magribhy mengatakan bahwa Dia-lah Allah yang menciptakan segala sesuatu yang menampakkannya di alam jagat raya berdasarkan sifat yang dikehendaki-Nya. Dia-lah Allah yang memiliki Asma’ al-Husna dan tidak ada satupun yang dapat menyamai-Nya.
B. Isi kandungan ayat (22-24)
Banyak yang terkandung dalam ayat (22-24) diantaranya adalah kemuliaan nama-nama Allah. Sebagaimana yang kita telah ketahui bersama bahwa ada banyak nama-nama kemuliaan Allah yang terhimpun dalam Al-Quran, dan diayat (22-24) ini pun membahas tentang nama kemuliaan Allah tersebut seperti yang dibawah ini :
“ Dialah ALLAH ! yang tiada Tuhan melainkan Dia.” (pangkal ayat 22).
Inilah dasar keimanan kita sebagai umat islam, pokok pegangan pertama dan yang utama kita sebagai hamba Allah. Segala perhatian dan ingatan ditujukan kepada-Nya bahwa Allah adalah Tuhan yang satu.
“Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata.”
Allah meliputi akan segala ruang dan waktu, niscaya bagi Allah sama saja diketahuinya yang ghaib dan yang nyata dan hanyalah Allah semata yang mengetahui hakikat yang sebenarnya. Ayat selanjutnya adalah
“Dia adalah Maha Pemurah, Maha Penyayang.” (ujung ayat 22).
Ar-Rahman artinya Pemurah, sedangkan Ar-Rahim artinya Penyayang. Kandungan atau makna dari sifat Rahman dan Rahim itu sendiri adalah Rahmat, Rahmat itu pun diartikan juga kasih sayang.
Kemurahan dan kasih sayang Allah itulah yang kita lihat dimana-mana, dan kasih sayang serta kemurahan Allah juga yang menyebabkan hidup kita sesuai dalam bumi ini. Kita diberi kemudahan dalam segala hal yang terkadang kita lupa dan lalai dalam menyadari hal tersebut. Segala sesuatu diatas bumi ini dapat kita mamfaatkan untuk menunjang hidup dan kehidupaan kita di bumi. Dengan kata lain sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim (Maha Pemurah dan Maha Penyayang) dari Allah adalah Rahmat terbesar bagi alam semesta beserta isinya.
“ Dialah ALLAH ! yang tiada Tuhan melainkan Dia.” (pangkal ayat 23).
Dari kandungan ayat inilah dasar kaidah kita sebagai umat islam, pegangan hidup dan pondasi dari ajaran agama islam. Dan dapat kita ragukan kebenarannya atas apa yang bisa kita lihat dan rasakan kesemuanya itu adalah kebesaran dan kekuasaan Allah.
“Maha Sucilah Allah dari apapun yang mereka persekutukan.” (ujung ayat 23).
Artinya tidaklah sanggup orang-orang atau barang-barang yang mereka sembah (kaum kafir) mendatangkan kesejahteraan ataupun keselamatan melainkan kemelaratan di akhirat kelak.
“Dialah Allah, Maha Pencipta.” (pangkal ayat 24).
Artinya Allah adalah yang menciptakan semesta alam beserta isinya begitu juga makhluk-makhluknya dari yang sebelumnya tidak ada menjadi ada.
“dan Dia adalah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (ujung ayat 24).
Maha Perkasa artinya tiadak ada satu kekuatan pun yang dapat menantang ketentuan, peraturan dan kekuasaan dari yang telah Allah tetapkan. Sedangkan Maha Bijaksana dapat diartikan sebagai Maha Adil. Kebijaksanaan Allah tidak dapat di setarakan dengan apapun dan siapapun begitu juga dengan sifat Keadilaan-Nya sebab tidak akan ada yang mampu menyamai dari keadilan Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebagai makhluk dan hamba Allah kita harus ingat bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah.
2. Kita juga harus sadar bahwa Allah memiliki Kekuasaan dan juga Rahmat yang amat luas yang menjangkau seluruh Ciptaan-Nya.
3. Allah juga Maha Pengasih di dunia dan akhirat serta pada keduanya untuk itu kita harus selalu menjaga diri dari apapun yang dapat mendatangkan murka Allah.
B. Saran
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa penulisan dan pemuatan materi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dafat bermamfaat bagi pembaca dan bagi kami sebagai penyusun.